JAKARTA. Emiten yang digunakan bergerak di area bidang minyak dan juga gas (migas) mencetak kinerja bervariasi sepanjang tahun 2023. Beranjak ke tahun 2024, kinerja kegiatan bisnis juga pergerakan saham emiten migas berpotensi tancap gas.
Secara umum, emiten migas dapat dikategorikan ke di tiga segmen: produsen, distribusi dan juga jasa penunjang. Ada juga yang dimaksud punya usaha beragam seperti PT Medco Tenaga Internasional Tbk (MEDC) yang mendulang pendapatan dari ketenagalistrikan juga tambang mineral lewat PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN).
Sepanjang tahun lalu, pendapatan MEDC turun 3% secara tahunan (Year on Year/YoY) menjadi US$ 2,24 miliar. Sementara laba bersih turun lebih lanjut di sebanyak 37,71% (YoY) menjadi US$ 330,67 juta, sebagai akibat penurunan nilai minyak serta gas dan juga berkurangnya sumbangan dari AMMN.
Berbeda dari PT Daya Mega Persada Tbk (ENRG) yang mampu menumbuhkan laba bersih 2,51% (YoY) menjadi US$ 68,43 juta. Sekalipun mengalami penurunan jualan sebanyak 6,89% (YoY) menjadi US$ 420,77 juta.
Kinerja PT Rukun Raharja Tbk (RAJA) tambahan membara. Pendapatan RAJA melejit 60,83% (YoY) menjadi US$ 203,74 juta. Pada tahun 2023, RAJA meraih laba bersih senilai US$ 25,60 juta, meroket 190,24% dibandingkan keuntungan tahun 2022.
Lonjakan kinerja turut dialami oleh emiten jasa penunjang migas, PT Elnusa Tbk (ELSA). Begitu juga emiten di area segmen pelayaran migas, PT Wintermar Offshore Marine Tbk (WINS). Laba bersih ELSA lalu WINS tahun lalu melejit masing-masing 33% serta 500,9%.
Sementara emiten migas lainnya seperti PT AKR Corporindo Tbk (AKRA), PT Korporasi Gas Negara Tbk (PGAS), PT Apexindo Pratama Duta Tbk (APEX) dan juga PT Radiant Utama Interinsco Tbk (RUIS) mencetak top line juga bottom line yang digunakan beragam.
Head of Research Mega Capital Sekuritas (InvestasiKu) Cheril Tanuwijaya mengamati kinerja emiten migas pada tahun lalu relatif sesuai ekspektasi. Kemampuan bervariasi tergantung pada segmen bisnisnya. Apalagi beberapa di area antaranya memiliki sumber pendapatan lain di dalam luar migas.
Meski begitu, nilai tukar komoditas tetap saja menjadi katalis yang paling signifikan.
“Kinerja fundamental serta sentimennya berbeda-beda. Secara tidaklah secara langsung terdampak dengan pergerakan nilai komoditas dasarnya,” ungkap Cheril terhadap Kontan.co.id, Rabu (3/4).
Dalam kondisi aktual, tradingeconomics mengutip pada Rabu (3/4), nilai crude oil sedang melaju di tempat level US$ 85,8 per barel. Sedangkan brent ada di dalam harga jual US$ 89,6 per barel. Cheril pun memandang tarif minyak mentah yang kembali menghangat berpotensi mendongkrak prospek kinerja emiten di area segmen ini.
Hanya saja, tarif minyak dunia masih berfluktuasi kencang tergantung dari tiga sentimen utama. Meliputi eskalasi konflik serta geopolitik, kebijakan OPEC+ pada menjaga tingkat produksi, juga progres pemulihan kegiatan ekonomi global yang tersebut akan menentukan tingkat permintaan.
Cheril menaksir rata-rata tarif minyak global tahun ini setidaknya bisa jadi mencapai US$ 90 per barel. Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani punya prediksi serupa, dimana harga jual WTI Crude Oil berpotensi menembus level US$ 90 per barel.
Eskalasi geopolitik di tempat kawasan Timur Tengah kemudian kelanjutan peperangan Rusia – tanah Ukraina masih menjadi faktor krusial. Di sisi lain, perpanjangan pemangkasan ekspor oleh OPEC pada kuartal II-2024 mengakibatkan sentimen yang dimaksud bisa saja mengangkat nilai minyak.
“Harga minyak juga bergantung terhadap kondisi geopolitik, jadi bukan sanggup tebak. Kalau lekas mereda oleh sebab itu upaya negosiasi serta lainnya, biaya bisa jadi koreksi lagi. Sementara untuk kuartal II-2024 kemungkinan masih bullish,” ujar Arjun.
Rekomendasi Saham
Menurut Arjun, pelaku lingkungan ekonomi dapat memanfaatkan peluang naik biaya minyak untuk mengoleksi saham emiten migas yang dimaksud punya fundamental kemudian prospek apik. Penanam Modal juga sanggup menyaring saham-saham yang digunakan merespons positif sentimen global tersebut.
Arjun melirik saham MEDC yang dimaksud masih miliki potential upside menuju target nilai Mata Uang Rupiah 1.700. Analis RHB Sekuritas Indonesia, Arrandi Pradana lalu Muhammad Wafi pada risetnya 1 April 2024 turut menyodorkan saham MEDC dengan target nilai tukar dalam Simbol Rupiah 2.100.
Selain itu, Arrandi dan juga Wafi menilai kinerja AKRA pada tahun 2023 sesuai ekspektasi, sedangkan performa PGAS melebihi ekspektasi. RHB Sekuritas menyematkan rekomendasi buy pada AKRA lalu PGAS dengan target harga jual masing-masing dalam Simbol Rupiah 2.000 kemudian Simbol Rupiah 1.440.
RHB Sekuritas pun masih menyematkan rating overweight untuk sektor migas. Meski Arrandi dan juga Wafi mengingatkan ada prospek koreksi setelahnya pembagian dividen seperti pada PGAS juga AKRA.
Sedangkan Cheril menjagokan AKRA juga ELSA. Hitungan Cheril, target harga jual untuk saham AKRA ada di area Mata Uang Rupiah 1.900 lalu stoploss dalam Simbol Rupiah 1.700. Sedangkan target harga ELSA pada Rupiah 440 dan juga stoploss dalam Mata Uang Rupiah 380.
Secara teknikal, Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana menyarankan trading buy saham MEDC dan juga PGAS dengan target masing-masing di dalam Mata Uang Rupiah 1.600 – Simbol Rupiah 1650 juga Simbol Rupiah 1.420 – Mata Uang Rupiah 1.460.
Kemudian speculative buy saham AKRA dengan target Mata Uang Rupiah 1.825 – Rupiah 1.850, dan juga buy on weakness ELSA target biaya Mata Uang Rupiah 416 – Simbol Rupiah 428 per saham.