KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Indonesia kemudian Korea Selatan terus meningkatkan hubungan bilateral di area bidang industri, perdagangan hingga transisi energi. Tercatat, total nilai perdagangan bilateral kedua negara mencapai USD$ 20,8 miliar pada tahun 2023.
Hal itu diungkap Menteri Koordinator Lingkup Perekonomian Airlangga Hartarto pada rapat bilateral dengan Minister of Trade, Industry and Energy (MOTIE) Korea Selatan Ahn Duk Geun di dalam Seoul, Rabu (22/05).
“Kami percaya kerja identik kita ke depannya akan semakin meningkat dan juga berkembang. Saya berharap Menteri Ahn sanggup membantu untuk lebih tinggi lagi menguatkan kemudian memperdalam kerja sejenis industri, perdagangan, lalu juga di dalam bidang transisi energi antara Indonesia juga Korea,” kata Airlangga di keterangan resminya, Rabu (22/5).
Menko Airlangga mengatakan, terdapat beberapa kerja identik yang mana telah berjalan seperti perluasan pabrik petrokimia Lotte juga penyelenggaraan klaster baja Krakatau Steel – Posco, namun juga terdapat beberapa kesepakatan kerja sebanding yang mana masih perlu didorong untuk segera diimplementasikan.
Selain itu, kedua Menteri itu juga membicarakan kerja mirip pengerjaan sistem ekologi EV melalui pembangunan ekonomi Hyundai lalu LG Energy Solution pada Indonesia.
“Saya berharap bahwa ekosistem EV bisa saja lebih besar di dan juga tentunya nanti dengan Korea mohon bantuan untuk berbicara dengan Amerika agar Undang-Undang IRA-nya sanggup membuka lingkungan ekonomi bagi produk-produk dari kerja sebanding antara LG juga Hyundai untuk masuk ke pangsa Amerika,” ujar Airlangga.
Dalam kesempatan tersebut, Korea Selatan juga menyampaikan potensi kerja serupa terkait pengembangan pembangkit listrik tenaga nuklir melalui Korea Atomic Energy Research Institute (KAERI) yang sudah pernah mengembangkan teknologi Small Modular Reactor (SMR).
KAERI diklaim sudah didesain aman juga menghasilkan kembali jejak karbon tambahan rendah dibandingkan reaktor konvensional.
Adapun, reaktor modular nuklir skala kecil menjadi solusi alternatif untuk memasok energi listrik teristimewa dalam daerah-daerah terpencil atau terisolasi.
Perlu diketahui, pada Juli tahun 2023 lalu telah lama dilaksanakan Pertemuan Joint Committee on Economic Cooperation (JCEC) ke-2 di tempat Seoul.
Dalam rapat yang disebutkan dicapai beberapa hasil penting yakni antara lain kerja sebanding pengembangan penanaman modal turunan nikel untuk sel electric vehicle (EV), akses bursa barang buah Indonesia ke Korea Selatan.
Lalu, perluasan pabrik petrokimia Lotte, pengerjaan klaster baja Krakatau Steel – Posco, perluasan akses pangsa UMKM Indonesia melalui e-platform Korea Selatan, juga kerja serupa terkait transisi energi dan juga mitigasi pembaharuan iklim global yang mana meliputi kerja mirip teknologi Carbon Capture and Storage (CCS), produksi energi hidrogen/amonia, dan juga pembangunan PLTA.
“Pada pertemuan JCEC (Joint Committee on Economic Cooperation) ke-3 tahun ini merupakan giliran Indonesia menjadi tuan rumah, jadi pada kesempatan ini kami mengundang Menteri Ahn untuk melakukan konferensi JCEC pada bulan Juli di dalam Jakarta,” kata Airlangga.