Di lapangan usaha ekonomi syariah, memang benar tantangan ada di tempat literasi syariah.
Jakarta – Pimpinan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Sektor Pengumpulan Rizaludin Kurniawan mengungkapkan bahwa literasi zakat dalam rakyat masih menjadi tantangan di upaya mengoptimalkan prospek zakat nasional.
Berdasarkan hasil penghitungan Baznas, prospek zakat Indonesia mencapai Rp327 triliun. Kemungkinan ini dinilai masih sangat dari realisasi pengumpulan dana zakat di dalam tahun 2023 yang mana baru mencapai 10 persen dari kemungkinan atau senilai Rp33 triliun.
Di tahun 2024, Baznas berusaha mencapai dana zakat dapat terkumpul sebesar Rp41 triliun.
"Tantangannya teristimewa di tempat literasi, sejalan dengan perkembangan sektor ekonomi syariah secara keseluruhan. Di bidang kegiatan ekonomi syariah, memang benar tantangan ada di dalam literasi syariah. Dan di hal ini, literasi zakat," kata Rizaludin, di area Jakarta, Selasa 26/3) malam.
Meurut riset Baznas, beliau menjelaskan bahwa sebenarnya penduduk telah mengeluarkan zakat dengan segera sekitar Rp61 triliun.
Zakat yang disebutkan disalurkan secara segera ke penerima kegunaan serta tiada melalui lembaga resmi seperti Baznas.
Oleh sebab itu, Rizaludin menyatakan pihaknya ketika ini terus berupaya agar dana zakat dengan segera yang dimaksud dapat beralih penghimpunannya pada lembaga-lembaga resmi.
"Jadi kami terus literasi bahwa ada lembaga pengelola zakat yang tersebut berizin. Sekarang jumlahnya (pengelola zakat) hampir sekitar 700-an, baik yang dimiliki pemerintah maupun masyarakat," kata ia pula.
Rizaludin mengatakan, Baznas berpartisipasi bekerja identik dengan banyak pemangku kepentingan untuk menggencarkan literasi zakat, seperti melalui kolaborasi dengan pemerintah, kampus, serta pemuka agama.
Baznas juga memaksimalkan seluruh kanal komunikasi untuk menyampaikan literasi zakat khususnya pada pada waktu bulan Ramadhan.
Selain hambatan literasi zakat, ketersediaan kanal pembayaran juga termasuk tantangan lainnya pada di upaya mengoptimalkan prospek zakat.
Kebanyakan masyarakat, kata Rizaludin, telah memiliki kesadaran untuk menunaikan zakat, tetapi masih kebingungan dengan kanal pembayaran zakat yang dapat diakses.
"PR kami memperbanyak kanal bayar dapat ada di dalam mana-mana. Maka Baznas kerja sejenis dengan hampir 130-an kanal digital, kerja mirip dengan bank-bank yang digunakan utama tentu bank syariah. Namun bank konvensional kami juga masih kerja sama," kata beliau lagi.
Rizaludin menyatakan pula, penghimpunan dana zakat bertambah baik dari tahun ke tahun.
Meski tahun ini cuma memiliki target Rp41 triliun, beliau optimis dana zakat yang mana terkumpul dapat mencapai peluang Rp327 triliun di tempat tahun-tahun mendatang setelahnya menyeberangi pertumbuhan yang mana baik dari tahun ke tahun.
"Menariknya, 70 persen muzakki adalah usia 40 tahun ke bawah juga 30 persen adalah usia 40 ke atas. Di kelompok yang dimaksud muda, ini trennya naik terus. Menurut riset Baznas, kelompok menengah Muslim yang sadar zakat, akan terus menguat pada 2030-2045. Mungkin di area sanalah kita mampu mendekati hampir setengahnya (setengah dari prospek zakat nasional)," kata Rizaludin.